HARIANSINARPAGI.COM, Pyongyang | Korea Utara (Korut) dengan tegas mengecam pembentukan aliansi militer antara Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan (Korsel), yang dinilai mirip dengan NATO. Pernyataan ini dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Korea Utara pada Minggu (30/6/2024), menyebut aliansi tersebut sebagai ancaman serius terhadap stabilitas regional.
Dalam pernyataan yang dikutip oleh Korean Central News Agency (KCNA), Korea Utara “mengecam keras” apa yang disebutnya sebagai “unjuk kekuatan militer yang ceroboh dan provokatif” oleh Washington, Tokyo, dan Seoul. Pernyataan tersebut merujuk secara khusus pada latihan militer “Freedom Edge” yang digelar pada 27 hingga 29 Juni lalu.
Latihan tersebut, menurut Angkatan Laut AS, bertujuan untuk “mempromosikan interoperabilitas trilateral dan melindungi kebebasan untuk perdamaian dan stabilitas”. Latihan ini melibatkan sejumlah kapal perang, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menuduh bahwa tujuan sebenarnya dari AS adalah “mendominasi dunia” dan mengepung negara-negara independen. Kebijakan ini, menurut pernyataan tersebut, “telah melewati garis merah dan menyebabkan perubahan yang sangat negatif dalam lingkungan keamanan dunia.”
Korea Utara berpendapat bahwa latihan Freedom Edge merupakan upaya untuk memperkuat blok militer yang terdiri dari AS, Jepang, dan Korea Selatan. Blok ini berkomitmen untuk “menghadapi setiap ancaman yang dihadapi oleh salah satu dari tiga negara”.
Para pejabat Korea Utara menilai ini mirip dengan klausul pertahanan kolektif NATO yang berarti serangan terhadap satu anggota harus dianggap sebagai serangan terhadap semua anggota.
“Kini hubungan AS-Jepang-Korsel telah mengambil bentuk yang lengkap sebagai versi Asia dari NATO,” tegas Kementerian Luar Negeri Korea Utara, dilansir Russia Today.
Selama ini, Korea Utara secara konsisten menentang latihan militer AS di dekat Semenanjung Korea, yang mereka anggap sebagai latihan untuk invasi potensial. Pyongyang juga telah melakukan sejumlah tes artileri dan peluru kendali di kawasan tersebut.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah mengatakan bahwa blok militer yang dipimpin AS tersebut tidak memiliki rencana untuk berkembang ke Asia. Namun, ia menekankan bahwa NATO harus merespons perubahan lanskap keamanan yang terus berkembang di kawasan tersebut karena dapat memiliki dampak serius yang jauh lebih luas.
Pada 2021, AS, Inggris, dan Australia mendirikan kemitraan keamanan yang disebut AUKUS, di mana Washington dan London berkomitmen untuk membantu Australia memperoleh kapal selam bertenaga nuklir.(red)