HARIANSINARPAGI.COM, Papua | Dalam serangkaian peristiwa yang memilukan, warga sipil di berbagai wilayah Papua, termasuk anak-anak dari orang asli Papua dan warga Nusantara lainnya, menjadi korban dari tindakan kekerasan yang meliputi penembakan dan pemerkosaan. Kejadian ini dikabarkan terjadi di beberapa daerah seperti Intan Jaya, Puncak, Pegunungan Bintang, Yahukimo, dan Nabire. Para pelaku yang bertanggung jawab atas tindakan kejam ini diidentifikasi sebagai anggota dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) dan Kelompok Kriminal Politik (KKP).
Para tokoh dari berbagai suku di Papua telah mengeluarkan pernyataan keras yang mengutuk tindakan-tindakan keji tersebut. Mereka menekankan bahwa pelanggaran hak asasi manusia berat yang terjadi di Papua, banyak diakibatkan oleh aksi dari kelompok KKB dan KKP. Menurut para tokoh, beberapa kejadian spesifik termasuk penembakan terhadap anak-anak dan warga sipil, serta pemerkosaan terhadap perempuan di Nabire, jelas menunjukkan pelanggaran hak asasi manusia yang serius.
Beberapa tokoh yang telah angkat suara meliputi Pdt. Yones Wenda dari suku Lapago, Yance Bilasi tokoh pemuda (suku Mamta/Tabi), Sefnat Koibur tokoh masyarakat (suku Saireri), Matias Waniap, dan Yesmin Kogoya tokoh pemuda (suku Lapago), Lasarus Karoba tokoh masyarakat (suku Meepago), Hengky Heselo (suku Lapago), dan Absalom Yerisitouw (suku Tabi).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Peristiwa-peristiwa yang dianggap sebagai pelanggaran besar terhadap hak asasi manusia ini telah mendapatkan perhatian serius dari tokoh-tokoh masyarakat tersebut. Mereka menyerukan sebuah pesan yang jelas bahwa kekerasan hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah dan pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia.
Konflik di Papua seringkali bersifat kompleks dengan banyak faktor yang berperan, namun para tokoh berharap bahwa dengan mengutuk tindakan KKB dan KKP ini dapat menjadi langkah awal dalam mencari solusi yang damai untuk menghentikan siklus kekerasan. Pdt. Yones Wenda menegaskan bahwa perjuangan yang dilakukan dengan melanggar hak asasi manusia tidak akan membawa kebaikan bagi siapapun dan menyerukan pentingnya mempertahankan Papua dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara yang damai dan menghormati hak asasi manusia.
Kejadian-kejadian ini telah menimbulkan luka yang dalam bagi banyak keluarga dan komunitas di Papua. Komitmen terhadap dialog dan penyelesaian masalah secara damai menjadi sangat penting untuk menjaga keutuhan dan menyembuhkan luka yang ada.(wld)