HARIANSINARPAGI.COM, TANGERANG | Tiga wartawan yang menjadi korban dugaan kriminalisasi oleh oknum anggota Polsek Pagedangan melaporkan kasus mereka ke Divisi Propam Polres Tangerang Selatan. Mereka menuntut keadilan atas tindakan yang dianggap melanggar prosedur hukum, termasuk penangkapan tanpa surat resmi dan intimidasi yang diduga dilakukan untuk membangun skenario kasus pemerasan.
Kasus ini bermula pada Maret 2024, saat ketiga wartawan tersebut dituduh memeras seorang pengusaha pakan ternak bernama Iwan. Mereka ditahan selama lebih dari dua bulan, meski mengklaim bahwa tuduhan tersebut merupakan rekayasa. Oknum polisi berinisial S dan P diduga memaksa Iwan membuat laporan dengan ancaman terkait legalitas usahanya.
Salah satu wartawan, Juliah alias Lia, menegaskan bahwa ia ditangkap tanpa adanya surat panggilan atau penangkapan resmi. Ia mengaku harus menjual motor dan menggadaikan sertifikat tanah untuk memenuhi tuntutan ganti rugi sebesar Rp62 juta. Namun, uang yang diterima Iwan hanya sebesar Rp5 juta, sehingga ia mempertanyakan ke mana sisa uang tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dua wartawan lainnya, Dedi Suprayitno dan Cahyo Widodo, juga menyebut kasus ini sebagai rekayasa yang didalangi oleh oknum polisi. Mereka menegaskan bahwa Iwan sebenarnya tidak berniat membuat laporan, melainkan terpaksa melakukannya karena tekanan dan ancaman.
Kuasa hukum ketiga wartawan, Anugerah, SH, mendesak agar Divisi Propam Polres Tangerang Selatan mengusut tuntas kasus ini. Ia meminta agar uang perdamaian sebesar Rp62 juta diselidiki, karena ada indikasi bahwa sebagian dana tersebut tidak sampai ke pihak pelapor.
Anugerah juga menyatakan bahwa tindakan oknum anggota Polsek Pagedangan ini dapat dikategorikan sebagai perampasan kemerdekaan secara melawan hukum, sebagaimana diatur dalam Pasal 333 KUHP. Ia meminta agar mereka diproses secara hukum demi menjaga integritas aparat penegak hukum dan melindungi kemerdekaan pers sesuai dengan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
Hingga berita ini diterbitkan, pihak Polsek Pagedangan belum memberikan tanggapan resmi. Kanit Propam Polres Tangerang Selatan, Hanafi, juga belum memberikan keterangan karena sedang bertugas di luar kota.
Kasus ini menjadi perhatian karena menyangkut prinsip kebebasan pers dan keadilan hukum. Ketiga wartawan berharap laporan mereka dapat menjadi pelajaran untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. (Yadi)