Kemelut Sosial di Haiti: Sistem Kesehatan di Ambang Kolaps Akibat Kekerasan Geng

Rabu, 20 Maret 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Warga membakar di sepanjang jalan setelah Perdana Menteri Haiti Ariel Henry berjanji untuk mundur setelah berbulan-bulan meningkatnya kekerasan geng, di Port-au-Prince, Haiti 12 Maret 2024. (Photo by Clarens SIFFROY / AFP)

Warga membakar di sepanjang jalan setelah Perdana Menteri Haiti Ariel Henry berjanji untuk mundur setelah berbulan-bulan meningkatnya kekerasan geng, di Port-au-Prince, Haiti 12 Maret 2024. (Photo by Clarens SIFFROY / AFP)

HARIANSINARPAGI, Haiti | Kondisi sistem kesehatan di Haiti nyaris tak berdaya menyusul pemberontakan dan tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng-geng kriminal bersenjata. Situasi ini memaksa Perdana Menteri Haiti untuk mengumumkan pengunduran dirinya. Serangan-serangan brutal yang berlangsung intens selama dua minggu terakhir telah menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur kesehatan di negara tersebut, mengakibatkan pembakaran fasilitas medis, pembunuhan terhadap tenaga kesehatan, dan kelangkaan persediaan medis yang kritis.

Saat ini, hanya tersisa satu rumah sakit umum di ibu kota negara, Port-au-Prince, yang masih beroperasi, meninggalkan warga yang menjadi korban kekerasan tanpa harapan mendapatkan perawatan medis yang layak. “Sistem pelayanan kesehatan di Port-au-Prince pada dasarnya telah hilang. Kondisi semakin memburuk dengan amat cepat,” ungkap Mackynzie Archer, seorang konsultan untuk LSM medis internasional di Haiti, seperti dilaporkan oleh The Guardian pada tanggal 18 Maret 2024.

Baca juga:  Peningkatan Kemampuan Pasukan Perdamaian Menjadi Poin Utama

Lonjakan korban luka karena perang jalanan telah meningkatkan tekanan terhadap fasilitas medis yang masih bertahan. Lebih jauh, serangan terhadap rumah sakit, seperti St. Francis de Sales dan Rumah Sakit Jude-Anne, telah meniadakan beberapa pelayanan medis terakhir di Port-au-Prince. “Mereka merampas semua yang ada, dari ruang operasi hingga sinar-X dan persediaan farmasi,” kata Dr. Ronald V LaRoche dalam wawancara dengan New York Times.

Situasi keamanan yang buruk juga telah mempengaruhi distribusi bahan medis esensial, dengan geng bersenjata yang menguasai jalur utama dan akses ke pelabuhan kota sekaligus menghambat pasokan obat, darah, dan oksigen. Pemadaman akses kepada sumber daya medis ini telah mengakibatkan kepada pasien harus menunggu operasi rutin hingga berminggu-minggu.

Para tenaga kesehatan terpaksa mengasingkan diri di rumah, dengan ketakutan akan terjebak dalam perseteruan bersenjata atau menjadi sasaran pembunuhan. Dr. Nathalie Barthélémy Laurent adalah salah satu tenaga kesehatan yang menjadi korban terakhir, ditembak mati di dekat rumahnya.

Baca juga:  Tajikistan: Antara Tradisi dan Regulasi

Pada kondisi terakhir, bahkan di Rumah Sakit Universitas Negeri Haiti, pemandangan yang menyayat hati terungkap dengan ketiadaan tenaga medis yang bisa mengatasi deretan pasien. BBC melaporkan bahwa hanya ada mayat-mayat yang membusuk tanpa ada yang merawat.

Episode kekerasan terburuk dalam beberapa dekade ini telah melumpuhkan Haiti, khususnya ibu kota, dengan pertempuran sengit antara geng bersenjata lengkap dan pasukan keamanan. Serangan tersebut telah mencapai puncaknya ketika kemunduran politik berujung pada pengumuman pengunduran diri Perdana Menteri, Ariel Henry, hal ini menandakan sebuah periode panjang ketidakstabilan politik yang berpotensi melanjutkan spiral kekerasan di negara Karibia tersebut.(Amp)

Berita Terkait

Presiden Joe Biden Tegaskan Lanjutkan Kampanye Pemilu 2024 Meski Ada Desakan Mundur
Perdana Menteri Rishi Sunak Umumkan Pengunduran Dirinya Pasca-Kekalahan Partai Konservatif
Korut Kecam Pembentukan Aliansi Militer AS, Jepang, dan Korsel yang Mirip NATO
Rusia Dilaporkan Menyerang New York di Donetsk dengan Bom FAB-3000
Peningkatan Kemampuan Pasukan Perdamaian Menjadi Poin Utama
Tajikistan: Antara Tradisi dan Regulasi
Empat Tersangka Serangan Teroris di Konser Moscow
Jutaan Warga Inggris Terjebak dalam Kesulitan Ekonomi, Tercekik Utang
Berita ini 82 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 6 Juli 2024 - 12:52

Presiden Joe Biden Tegaskan Lanjutkan Kampanye Pemilu 2024 Meski Ada Desakan Mundur

Jumat, 5 Juli 2024 - 17:54

Perdana Menteri Rishi Sunak Umumkan Pengunduran Dirinya Pasca-Kekalahan Partai Konservatif

Senin, 1 Juli 2024 - 01:53

Korut Kecam Pembentukan Aliansi Militer AS, Jepang, dan Korsel yang Mirip NATO

Senin, 1 Juli 2024 - 01:33

Rusia Dilaporkan Menyerang New York di Donetsk dengan Bom FAB-3000

Minggu, 30 Juni 2024 - 07:34

Peningkatan Kemampuan Pasukan Perdamaian Menjadi Poin Utama

Berita Terbaru

Pendidikan

Tantangan Mewujudkan Integritas Moral dalam Pendidikan

Senin, 2 Des 2024 - 23:03

Opini

Hak Asasi Manusia di Era Globalisasi

Senin, 2 Des 2024 - 14:01